19 Oktober 2007




Kata Mutiara



Kuingat kata-kata mutiara yang menusuk dalam batin.
"Orang mulia menyalahkan dirinya, orang bodoh menyalahkan orang lain"
Mengenal diri yang paling penting, adalah utama demi kesadaran jagat raya.
Berarti pula memahami kesalahan, serta kekeliruannya masing-masing.

Semakin banyak yang dipikirkan.
Semakin banyak yang dibutuhkan.
Berarti semakin menumpuk pula resikonya.

Menunggu sangatlah mengesalkan, membosankan dan menggelisahkan.
Meskipun duduk dalam mobil mewah dan cukup makanan.
Apalagi ulahnya orang pemalas.
Yang seumur-umur hanya menunggu waktu yang tidak kunjung berakhir.

Mendidik bukan hanya dengan nasihat saja.
Sebab yang menjadi sukses adalah memberikan contoh dengan perbuatan yang baik.
Sesuai dengan apa yang dikatakannya.
Jangan lain di kata lain di perbuatan.

Semua yang ada di sekitar kita, meskipun tinggi nilainya, tidak ada artinya sama sekali.
Tampaknya seakan semua gersang, jika kita terjangkit penyakit bosan.

Sesuatu yang baik, belum tentu benar.
Sesuatu yang benar, belum tentu baik.
Sesuatu yang bagus, belum tentu berharga.
Sesuatu yang berharga/berguna, belum tentu bagus.

Film The Forsaken Promise Ungkap Kebohongan Inggris dan Cikal Bakal Negara Israel








Sebuah film dokumenter berjudul "The Forsaken Promise" produksi Hatikvah Film Trust, sebuah organisasi Kristen yang berbasis di Inggris, mulai melakukan pemutaran perdana film tersebut di bekas kamp tahanan milik Inggris di Atlit. Sebuah tempat di kawasan laut Mediterania, sebelah selatan kota pantai Haifa yang masuk dalam wilayah Israel.


Inggris memanfaatkan Atlit untuk memenjarakan para imigran Yahudi 'ilegal' yang pindah dari kawasan Eropa era tahun 1930-an dan 1940an. Pada saat itu, banyak warga Yahudi yang berharap akan menemukan tempat berlindung yang aman di wilayah Palestina yang kemudian menjadi mandat pemerintah Inggris itu. Tetapi ternyata para pengungsi Yahudi itu mendapat perlawanan kuat, mereka yang ditangkap kemudian dibawa ke kamp-kamp tahanan Inggris, terutama ke Cyprus.

"The Forsaken Promise" sendiri mengisahkan tentang pemerintah Inggris yang pada tahun 1917 berjanji akan membantu warga Yahudi untuk membentuk tanah airnya sendiri. Tapi janji itu diingkari oleh Inggris selama bertahun-tahun sampai akhirnya terbentuk negara Israel pada 1948, setelah perang Arab-Israel dengan menduduki sebagian besar wilayah Palestina.

Menurut produser dan sutradara film tersebut Hugh Kitson, seorang warga Inggris beragama Kristen, tindakan pemerintah Inggris yang ingkar janji itu memberi kontribusi besar bagi tewasnya ratusan ribu warga Yahudi yang dikenal dengan tragedi Holocaust. Ia mengatakan, tujuan dari pembuatan film dokumenter ini, untuk mendorong adanya 'penyesalan' dari Inggris Raya terhadap fakta sejarah yang hanya diketahui oleh sedikit orang.

Film dokumenter yang terdiri dari tiga episode ini memadukan arsip-arsip film tentang kamp-kamp konsentrasi pada masa perang dunia II dan wawancara-wawancara dengan sejumlah saksi mata dan sejarawan Yahudi dan Kristen.

Dalam film itu dijelaskan, bagaimana Liga Dunia-cikal bakal PBB- setelah Perang Dunia I memberikan mandat pada Inggris Raya untuk berkuasa di wilayah yang kini dikenal dengan wilayah Palestina, Yordania, Israel, Tepi Barat dan Jalur Gaza. Sebelumnya, selama ratusan tahun, wilayah-wilayah itu merupakan wilayah kekuasaan dinasti Utsmani Turki.

Dalam surat tertanggal 2 November 1917, Menlu Inggris Arthur James Balfour menulis surat pada pemimpin komunitas Yahudi di Inggris, Lord Rothschild. Pada Rothschild, Balfour mengatakan keinginan pemerintah Inggris untuk membangun tanah air bagi warga Yahudi di Palestina dan akan menggunakan segala daya upayanya untuk memfasilitasi sampai tercapainya tujuan ini. Pendek kata, dalam surat itu Inggris berjanji akan membantu warga Yahudi untuk membentuk negaranya sendiri.

Surat yang kemudian dikenal sebagai Deklarasi Balfour ini menimbulkan kemarahan warga Arab Palestina dan negara-negara Arab sekitarnya. Mereka berupaya keras agar janji pemerintah Inggris itu tidak terwujud.

Era tahun 1920-an, 30-an dan 40-an merupakan periode kekisruhan di Arab dan pembunuhan atas warga Yahudi meluas di seluruh Palestina namun dibiarkan oleh otoritas pemerintahan Inggris. Salah seorang tokoh yang dianggap penghasut munculnya peristiwa yang dikenal sebagai kerusuhan Paskah pada era 1920-an adalah Amin Al-Husseini. Tokoh ini diduga dekat dengan Adolph Hitler dan masih kerabat dari mantan pemimpin PLO Yasir Arafat. Oleh otoritas pemerintah Inggris saat itu, Al-Husseini ditunjuk sebagai Mufti di Yerusalem.

Titik perubahan terjadi setelah Inggris di bawah pemerintahan Neville Chamberlain, mengeluarkan kebijakan yang dikenal sebagai White Paper pada 1939. Kebijakan ini mementahkan janji Inggris yang akan membagi wilayah Palestina untuk tanah air warga Yahudi dan membatasi jumlah warga Yahudi yang diizinkan untuk berimigrasi ke wilayah yang menjadi mandat pemerintahan Inggris itu.

Bukan untuk Serang Islam


Sejumlah cendikiawan Yahudi dan mantan pilot angkatan udara Inggris yang diwawancarai dalam film itu pada Cybernews mengungkapkan, pesan yang ingin disampaikan oleh film ini sangat kuat dan relevan dengan situasi yang terjadi saat ini terkait dengan konflik Palestina-Israel.

Sutradara Hugh Kitson bahkan mengatakan, "Saya yakin bangsa-bangsa lain dan khususnya Uni Eropa serta AS bisa belajar dari apa yang telah diperbuat Inggris."

Sementara itu, pengajar Injil, David Noakes yang ikut terlibat dalam pembuatan film ini berharap film dokumenter ini bisa diputar di televisi-televisi Inggris meski ia mengakui akan muncul penentangan.

"Film ini sama sekali tidak anti Islam. Kami berusaha untuk tidak menyinggung Islam. Yang kami usahakan adalah ingin menyinggung pemerintah Inggris, meski saya pikir televisi-televisi di Inggris mungkin akan sulit untuk menayangkan film ini," kata Noakes.

Di luar itu semua, fakta-fakta yang di film The Forsaken Promise ini kemungkinan akan membangkitkan kembali isu siapa sebenarnya yang paling bertanggung jawab atas penderitaan bangsa Yahudi di masa lalu. Kita tentu masih ingat kritik pedas Presiden Iran beberapa waktu lalu yang mengatakan, bahwa Eropalah yang harus bertanggung jawab memberikan sebagian wilayahnya pada bangsa Yahudi, bukan malah membebankannya pada bangsa Palestina.

Kuil Sulaiman, Alasan Penghancuran Masjidil Aqsha








Manusia selalu mencari masa depan cerah yang dapat memperbaiki kondisi kehidupannya. Akan tetapi ketidakadilan dan kekacauan yang ada dalam kehidupan dunia sering menjadi kendala bagi terwujudnya prospek yang diimpikan. Perang, pendudukan, penjajahan dan kejahatan merupakan contoh kendala besar yang menghalangi manusia untuk dapat mewujudkan cita-citanya.

Sejak lebih dari setengah abad lalu, khususnya dalam tempo empat tahun terakhir, sejak meletusnya intifada Masjidul Aqsha, orang-orang Zionis membantai rakyat Palestina, menghancurkan rumah dan ladang mereka serta merampas tanah miliki mereka. Lebih menyakitkan lagi, media massa Barat dengan sekuat tenaga menutupi kejahatan tersebut.

Kaum Zionis yang dalam hal ini diwakili oleh rezim zionis Israel tidak hanya melakukan kesewernang-wenangan terhadap rakyat Palestina saja, tetapi juga terhadap sejarah dan tempat-tempat suci mereka. Masjidul Aqsha merupakan salah satu contoh yang paling nyata dalam hal ini. Masjid yang amat diagungkan oleh umat Islam ini kini berada di dalam cengkeraman kaum Zionis yang sewaktu-waktu siap untuk menghancurkannya. Masjidul Aqsha adalah simbol ketertindasan dan resistensi bangsa Palestina.

Kota Beitul Maqdis atau Jerussalem, tempat Masjidul Aqsha berada, adalah kota yang amat dihormati oleh penganut tiga agama sawami, Islam, Kristen dan Yahudi. Bagi umat Islam, Masjidul Aqsha adalah kiblat pertama dan tempat Nabi Muhammad SAW melakukan perjalanan mikraj ke langit. Di sini pulalah, sejumlah nabi dimakamkan. Al-Qur’an Al-Karim dalam ayat pertama surah Al-Isra menyatakan bahwa Allah telah memberkati sekitar masjid ini. Mikraj Nabi atau perjalanan beliau ke langit yang dimulai dari masjid ini merupakan peristiwa yang paling bersejarah bagi umat Islam.

Hanya selang beberapa tahun setelah wafatnya Nabi SAW, umat Islam berhasil merebut kota Beitul Maqdis dari tangan imperium Rumawi tanpa melalui pertumpahan darah. Kini, dengan jatuhnya kota ini ke tangan kaum Zionis, Masjidul Aqsha yang amat dihormati oleh umat Islam, berada dalam ancaman. Sebab, tak tertutupkemungkina, orang-orang Zionis akan menghancurkan masjid ini dengan alasan bahwa masjidul Aqsha dibangun di atas lokasi bekas Kuil Sulaiman.

Kuil Sulaiman diyakini sebagai tempat ibadah bani Israil yang dibangun tahun 960 sebelum masehi oleh Nabi Sulaiman as. Akan tetapi 370 tahun setelah itu, tempat ibadah ini dihancurkan oleh bangsa Babilonia yang melakukan ekspansi ke sana. Menyusul kekalahan bangsa Babilonia dari tentara Persia yang dipimpin oleh Cyrus, Kuil Sulaiman kembali dibangun. Tahun 70 Masehi tentara Rumawi menyerang kota Jerussalem dan meratakan tempat ibadah umat yahudi tersebut dengan tanah. Tentara Rumawi tidak menyisakan bekas apapun dari tempat ibadah yang amat diagungkan oleh bani Israil ini.

Sekitar saatu abad yang lalu, ketika faham zionisme mulai muncul, para pendukung zionisme mengklaim bahwa masjidul Aqsha dibangun di atas lokasi Kuil Sulaiman. Setelah terbentuknya rezim Zionis Israel di negeri Palestina tahun 1948 yang disusul dengan pendudukan atas kota Beitul Maqdis tahun 1967, kaum Zionis semakin gencar melakuan upaya pengerusakan Masjidul Aqsha untuk mendirikan Kuil Sulaiman di lokasi itu.

Menurut kepercayaan kaum Zionis, lokasi Masjidul Aqsha adalah pusat dari negeri Palestina. Untuk itu, dengan menghancurkan masjid ini dan mendirikan Kuil Sulaiman di atas lokasi itu, akan tercipta imipian kaum Zionis. Tak diragukan bahwa agama Yahudi telah mengalami perubahan dan pendistorsian sepanjang sejarah. Dan sekarang, agama yang telah disimpangkan ini dimanfaatkan oleh kaum Zionis untuk mengejar tujuan dan kepentingan mereka. Masalah pembentukan sebuah pemerintahan Yahudi dan kepulangan umat Yahudi ke negeri Palestina yang dijanjikan, merupakan salah satu contoh nyata dalam masalah ini. Padahal tidak sedikit pengikut agama Yahudi dan rabi mereka yang menentang berdirinya rezim Zionis di negeri Palestina.

Menyangkut soal pembangunan Kuil Sulaiman, ada friski tajam antara para pengikut agama Yahudi dengan kaum Zionis ekstrem. Umat Yahudi umumnya meyakini bahwa Kuil Sulaiman akan dibangun kembali oleh Messiah yang kelak akan datang untuk memenuhi bumi dengan keadilan. Sementara kaum Zionis bersikeras untuk mendirikan Kuil ini sebelum kedatangan Messiah.

Mengenai Kuil Sulaiman, banyak ahli sejarah yang meyakini bahwa lokasi rumah ibadah umat Yahudi ini berada di luar komplek Masjidul Aqsha. Karenanya, jika orang-orang Zionis bersikeras mendirikan kuil sUlaiman, semestinya mereka mendirikannya di lokasinya. Akan tetapi, kelompok ekstrem Zionis tetap menunjuk lokasi Masjidul sebagai lokasi Kuil Sulaiman.

Sejak menduduki Beitul Maqdis tahun 1967, orang-orang Zionis telah berkali-kali melakukan upaya penghancuran Masjidul Aqsha, yang salah satunya adalah pembakaran masjid ini tahun 1969. Untuk mencegah kemarahan umat Islam sedunia dan kutukan masyarakat internasional, rezim Zionis mengesankan bahwa aksi pembakaran dilakukan oleh seorang Yahudi ekstrem. Orang yang dituduh sebagai pelaku pembakaran itu dibebaskan setelah melalui proses persidangan yang direkayasa.

Setelah peristiwa itu, rezim Zionis Israel sering mengungkapkan adanya kelompok-kelompok yahudi ekstrem yang berusaha menghancurkan masjidul Aqsha. Mereka berulang kali menyerang masjid ini. Secara terorganisir, mereka juga melakukan penggalian di bawah lokasi masjid dengan alasan untuk melakukan riset arkeologi dan mencari sisa-sisa peninggalan Kuil Sulaiman. Pernah juga mereka mengalirkan air di sepanjang galian di bawah masjid untuk menggoyahkan pondasinya. Akibatnya, dinding-dinding Masjidul Aqsha retak dan menurut para pengamat, dengan gempa yang relatif kecilpun kemungkinan masjid yang memiliki nilai kesucian dan sejarah yang tinggi ini akan roboh. Pengerusakan dengan cara ini diharapkan dapat meredam kemarahan umat Islam.

Tak dipungkiri bahwa rezim Israel mendukung dan menyujui aksi pengerusakan masjidul Aqsha oleh orang-orang Zionis ekstrem. Akan tetapi, untuk mengelabuhi opini umum dunia, khususnya umat Islam, rezim Tel Aviv menyatakan menentang tindakan ekstrem tersebut. Beberapa bulan lalu, Menteri Keamanan dalam negeri Israel, menyatakan bahwa sekelompok orang Yahudi ekstrem berniat menghancurkan masjidul Aqsha menggunakan pesawat tanpa awak atau melalui sebuah operasi bunuh diri. Operasi itu akan dilakukan ketika jemaah shalat memenuhi masjid tersebut.

Dengan pernyataan ini, rezim Tel Aviv berusaha mengesankan bahwa segala bentuk aksi pengerusakan masjidul Aqsha tidak ada kaitannya dengan pemerintah Israel, sebab dilakukan oleh orang-orang ekstrem. Padahal, selama ini rezim Zionis telah melakukan berbagai tindakan yang bis dikategorikan sebagai upaya penghancuran masjidul Aqsha, diantaranya adalah pelarangan warga Palestina untuk memasuki masjid itu, Judaisasi kota Beitul Maqdis, pengusiran umat Islam dari kota ini, pembanguan dinding pemisah di kota ini dan pelarangan untuk merenovasi Masjidul Aqsha.

Untuk melegalisasi tindakan perusakan masjidul Aqsha, kelompok-kelompok Yahudi ekstrem meminta surat izin dari pengadilan Israel. Padahal, ketidak legalan rezim ini sudah dapat menjadi bukti akan ketidakabsahan segala bentuk keputusan pengadilannya. Mahkamah tinggi rezim Zionis yang selama ini berusaha mengesankan kenetralan dalam masalah agama, telah mengeluarkan keputusan yang secara tidak langsung mendukung penghancuran Masjidul Aqsha sedikit demi sedikit.

Tahun 1983, mahkamah Tinggi Israel mengeluarkan keputusan yang mengijinkan umat Yahudi menjalankan ibadah di pintu Babul Magharibah yang berada di luar komplek Masjidul Aqsha. Tahun 1999, Mahkamah ini mengeluarkan keputusan baru yang mengizinkan warga Yahudi beribadah di halaman Masjidul Aqsha. Pada tahun 2001, Mahkamah Israel mengijinkan umat Yahudi untuk meletakkan batu pondasi untuk pembangunan Kuil Sulaiman di Babul Magharibah.

Dengan keputusan ini berarti mahkamah Tinggi Israel mengizinkan kelompok Yahudi ekstrem untuk memisahkan sebagian besar lokasi dari Masjidul Aqsha untuk keperluan pembangunan Kuil Sulaiman. Saat ini, kaum Zionis sedang membangun sebuah rumah ibadah bersebelahan dengan tembok Buraq atau Nudbah di Masjidul Aqsha.

Beberapa waktu lalu, Presiden rezim Zionis Israel, Moshe Katsav, mengirimkan surat kepada Perdana Menteri Vatikan yang isinya meminta Vatikan untuk menyerahkan harta peninggalan bekas Kuil Sulaiman yang berada di tangan Paus kepada Israel. Sebab menurut keyakinan kaum Zionis, kekayaan yang ada di dalam Kuil Sulaiman itu pada tahun 70 Masehi diboyong oleh tentara Rumawi ke Vatikan.

Satu langkah lagi yang dilakukan oleh kelompok ekstrem Yahudi untuk menghancurkan Masjidul Aqsha adalah mencari sapi yang berbulu merah. Menurut kepercayaan mereka, sebelum membangun Kuil Sulaiman, terlebih dahulu mereka harus menyembelih dan membakar sapi berusia 3 tahun yang berbulu merah dan belum pernah melahirkan anak.

Tahun 1997, anak sapi dengan ciri-ciri seperti ini lahir melalui proses perbaikan genetik. Hanya saja mereka menghadapi masalah. Sebab, menurut kepercayaan khufarat ini, sapi itu harus disembelih di kaki gunung zaitun yang saat ini berada dalam kekuasaan pemerintah otonomi Palestina. Karenanya, dalam beberapa tahun terakhir, rezim Zionis berusaha untuk mengosongkan kawasan ini dari orang-orang non Yahudi.

Salah satu hal yang menarik dalam proses penghancuran Masjidul Aqsha adalah kerjasama yang dilakukan orang-orang kristen zionis dengan kaum yahudi Zionis. Kristen Zionis adalah kelompok pengikut agam kristen yang memiliki kepercayaan dan pemikiran yang mirip dengan orang-orang Zionis. Mereka juga meyakini bahwa di akhir zaman, Yesus akan kembali di dunia. Untuk menyongsong kedatangan Yesus, Masjidul Aqsha harus dihancurkan dan Kuil Sulaiman harus dibangun di lokasi itu. Kesamaan pandangan inilah yang mendorong dua kelompok dari dua agama berbeda ini saling bekerjasama untuk menghancurkan Masjidul Aqsha.

Aksi perusakan Masjidul Aqsha itu terus berjalan, dan kini, tindakan perusakan yang dilakukan secara langsung oleh kelompok-kelompok Zionis esktrem telah sampai di tahap yang sangat berbahaya. Meski penggalian terowongan di lokasi ini terus berjalan, namun sampai saat ini, kaum Zionis masih belum memperoleh satupun bukti yang menunjukkan bahwa masjid ini dibangun di atas lokasi Kuil Sulaiman, seperti yang mereka klaim selama ini.

Seandainya pun klaim mereka benar dan Masjidul Aqsha dibangun di atas lokasi bekas Kuil Sulaiman, tentunya tidak logis jika hal ini dijadikan alasan untuk menghancurkan bangunan rumah ibadah umat lain yang masih tegak berdiri, apalagi jika rumah ibadah ini memiliki nilai sejarah yang sangat tinggi. Parahnya, kaum Zionis hanya mengantongi spekulasi dan perkiraan semata tanpa dukngan bukti sejarah yang kuat. Hal ini menunjukkan betapa orang-orang Zionis menutup logika untuk mengejar kepentingannya. Dengan mengantongi lampu hijau dan dukungan AS, kaum Zionis terus melanjutkan aksi perusakan terhadap rumah ibadah yang dihormati oleh 1,5 milyar umat Islam itu.

Dari sisi hukum internasional, penghancuran Masjidul Aqsha juga tidak bisa dibenarkan. Sebab, berdasarkan undang-undang internasional, rezim Zionis Israel berkewajiban melindungi masjid ini. Resolusi Dewan Keamanan PBB nomor 242 dan beberapa resolusi PBB lainnya menuntut rezim Tel Aviv untuk mundur dari seluruh wilayah Tepi Barat Sungai Jordan dan Jalur Gaza, dan menyerahkan wilayah itu kepada penduduk aslinya yang tak lain adalah rakyat Palestina. Akan tetapi nampaknya, resolusi PBB hanya dijalankan terhadap negara-negara yang tidak sejalan dengan Barat. Sedangkan untuk Israel yang mendapat dukungan dan perlindungan AS dan Barat, puluhan resolusi PBB akan dianggap bagai angin lalu.

Meski aksi penghancuran Masjidul Aqsha telah memicu protes dan kecaman dunia Islam dan masyarakat internasional, akan tetapi, aksi ini tidak akan berhenti, mengingat Israel telah mengantongi dukungan mutlak Barat, khususnya dari AS, dan memperoleh izin untuk melakukan apa saja. Jika tindakan orang-orang Zionis ini benar-benar berujung pada penghancuran total Masjidul Aqsha, tidak ada lagi tindakan yang bisa dilakukan.

Saat ini masih ada kesempatan bagi umat Islam untuk melindungi kiblat pertama mereka dan tempat mikraj Nabi. Umat Islam harus bersatu untuk menghadapi arogansi rezim Zionis dan para pendukungnya. Umat Islam memiliki kekuatan besar yang selama ini mereka lupakan. Dengan bersatu, kekuatan dan kepercayaan diri itu akan mereka raih kembali. Sejarah beberapa puluh tahun terakhir ini telah membuktikan bahwa PBB dan pihak manapun juga tidak akan bisa menghentikan aksi perusakan Masjidul Aqsha oleh kaum Zionis. Masjidul Aqsha hanya bisa diselematkan oleh umat Islam, dan mereka inilah yang harus berbuat sesuatu
Makna Kehidupan








Dan kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan yang penuh dengan tipuan belaka, dapat diperkirakan bahwa kamu akan diperebutkan oleh bangsa-bangsa lain sebagaimana orang-orang berebut melahap isi mangkuk.

Para sahabat bertanya: "Apakah saat itu jumlah kami sedikit?" Rasulullah bersabda: "Tidak bahkan pada saat itu jumlah kamu amat sangat banyak, tetapi seperti air buih didalam air bah karena kamu tertimpa penyakit wahn." Sahabat bertanya: "Apakah penyakit wahn itu ya Rasulullah?" Rasulullah bersabda: "Penyakit wahn itu adalah kecintaan yang amat sangat kepada dunia dan takut akan kematian. Cinta dunia merupakan sumber utama segala kesalahan."

Runtuhnya kemuliaan sumber dari segala fitnah, dan semua kesalahan adalah karena kita cinta kepada dunia. Pada Rasul tidak ada cinta dunia kecuali cinta terhadap Allah, cinta terhadap kemuliaan.

Rasulullah merupakan contoh seorang pemimpin yang dicintai sampai ke lubuk hati yang paling dalam. Rasul adalah contoh seorang suami yang benar-benar menjadi suri tauladan dan kebanggaan bagi keluarganya. Rasul juga contoh seorang pengusaha yang dititipi dunia, tapi tidak diperbudak oleh dunia yang dimilikinya. Kalau orang sudah mencintai sesuatu maka dia akan diperbudak oleh apa yang dicintainya.

Orang yang sudah cinta terhadap dunia, akan sombong, dengki, serakah dan berusaha dengan segala cara untuk mencapai segala keinginannya, oleh karena itu yakinlah bahwa dunia itu total milik Allah. Segala sesuatu yang kita miliki baik sedikit maupun banyak semuanya milik Allah. Dalam mencari rizki janganlah mempergunakan kelicikan karena dengan kelicikan atau tidak dengan kelicikan datangnya tetap dari Allah.
Hakikat Cinta









Cinta adalah bagian dari fitrah, orang yang kehilangan cinta dia tidak normal tetapi banyak juga orang yang menderita karena cinta. Bersyukurlah orang-orang yang diberi cinta dan bisa menyikapi rasa cinta dengan tepat.

Hikam:
"Dijadikan indah pada pandangan manusia, kecintaan kepada apa-apa yang diinginkan yaitu wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup didunia dan disisi Allah tempat kembali yang baik." (Al-Qur`an: Al-Imron ayat 14)

Cintamu kepada sesuatu menjadikan kamu buta dan tuli (HR. Abu Dawud dan Ahmad)

Cinta memang sudah ada didalam diri kita, diantaranya terhadap lawan jenis. Tapi kalau tidak hati-hati cinta bisa menulikan dan membutakan kita.

Cinta yang paling tinggi adalah cinta karena Allah cirinya adalah orang yang tidak memaksakan kehendaknya. Tapi ada juga cinta yang menjadi cobaan buat kita yaitu cinta yang lebih cenderung kepada maksiat. Cinta yang semakin bergelora hawa nafsu, makin berkurang rasa malu. Dan, inilah yang paling
berbahaya dari cinta yang tidak terkendali.

Islam tidak melarang atau mengekang manusia dari rasa cinta tapi mengarahkan cinta tetap pada rel yang menjaga martabat kehormatan, baik wanita maupun laki-laki. Kalau kita jatuh cinta harus hati-hati karena seperti minum air laut semakin diminum semakin haus. Cinta yang sejati adalah cinta yang setelah akad nikah, selebihnya adalah cobaan dan fitnah saja.

Cara untuk bisa mengendalikan rasa cinta adalah jaga pandangan, jangan berkhalwat berdua-duaan, jangan dekati zina dalam bentuk apapun dan jangan saling bersentuhan.

Bagi orang tua yang membolehkan anaknya berpacaran, harus siap-siap menanggung resiko. Marilah kita mengalihkan rasa cinta kita kepada Allah dengan memperbanyak sholawat, dzikir, istighfar dan sholat sehingga kita tidak diperdaya oleh nafsu, karena nafsu yang akan memperdayakan kita. Sepertinya cinta padahal nafsu belaka

Bundel by UGLY --- Jan '02

3 Oktober 2007


Nilai Persahabatan









Suatu hari, Nabiyullah Isa AS melakukan perjalanan dengan seorang temannya. Mereka hanya berbekal tiga potong roti.

Ketika sampai di suatu tempat, mereka berdua beristirahat. “Bawa roti itu kemari,” kata Nabi Isa AS kepada temannya.

Lelaki itu memberikan dua potong roti. “Mana yang sepotong lagi?” tanya nabi Isa. “Aku tidak tahu.

Setelah masing-masing makan sepotong roti, keduanya kembali melanjutkan perjalanan hingga sampai ke tepi laut. Nabiyullah Isa AS menggelar sajadahnya di atas laut, mereka berdua lalu berlayar ke seberang. “Demi Allah yang telah memperlihatkan mukjizat ini kepadamu, siapakah yang telah makan sepotong roti itu?” tanya Nabi Isa kepada temannya. “Aku tidak tahu.”

Mereka kemudian melanjutkan perjalanan. Di tengah jalan mereka melihat seekor kijang. Setelah dipanggil, kijang itu pun datang menghampiri beliau. Beliau lalu menyembelih, memanggang dan memakannya. Sehabis makan, Nabi Isa AS berkata kepada tulang-tulang kijang, “Berkumpullah kamu.” Tulang-tulang itu pun berkumpul. Beliau lalu berkata, “Dengan izin Allah, jadilah kalian seperti semula.” Tulang-tulang itu segera bangkit dan berubah menjadi kijang. “Demi Allah yang telah memperlihatkan mukjizat ini kepadamu, siapakah yang telah makan sepotong roti itu?” tanya Nabi Isa AS. “Aku tidak tahu,” jawab temannya.

Nabiyullah Isa AS bersama temannya kembali melanjutkan perjalanan hingga sampai pada sebuah tempat. Mereka duduk beristirahat. Nabiyullah Isa AS memungut tiga bongkahan batu. “Dengan izin Allah, jadilah emas,” kata Nabi Isa AS. Batu itu pun segera berubah menjadi emas. “Ini untukku, yang ini untukmu dan yang satu lagi untuk orang yang telah makan sepotong roti itu,” kata Nabiyullah Isa. “Akulah yang telah makan roti itu,” kata temannya. “Ambillah semua emas ini, aku tak mau berteman dengan pendusta,” kata beliau sambil meninggalkan temannya.

Lelaki tadi lalu duduk di dekat emasnya. Ia tidak mampu membawa ketiga-tiganya, tetapi juga tidak rela meninggalkan sebagian darinya. Ketika ia sedang memikirkan cara membawa ketiga bongkahan emas itu, datanglah dua orang lelaki. Melihat keindahan emas itu, timbul keinginan di hati kedua orang itu untuk memilikinya. “Kalian tidak pantas mengambil milikku dan kalian sama sekali tidak akan mendapatkan bagian,” kata pemilik emas.

Melihat mereka berdua hendak membunuhnya, ia segera berkata, “Emas ini kita bagi saja, satu untukku dan sisanya untuk kalian berdua.” Mereka pun rela dengan pembagian itu. “Ambillah secuil dari bongkahan emas ini, pergilah beli makanan,” kata pendatang kepada pemilik emas.

Setelah mengambil secuil emas, ia lalu pergi membeli makanan untuk mereka bertiga. “Untuk apa aku membagi emas itu dengan mereka berdua, emas itu kan milikku,” pikir si pemilik emas. Timbullah niat untuk meracuni makanan. “Jika mereka berdua mati, emas itu akan jatuh ke tanganku lagi,” pikir si pemilik emas.

Ia lalu membeli racun yang paling ganas, siapa pun yang memakannya pasti akan mati seketika. Racun itu lalu ia taburkan di atas makanan mereka.

Kedua pendatang tadi juga mempunyai rencana, “Mengapa kita harus memberi dia. Jika telah kembali, kita bunuh saja dia. Emas itu semua akan menjadi menjadi milik kita berdua.” Mereka berdua kemudian membunuh si pemilik emas. Dan dengan perasaan senang karena mendapat emas lebih banyak, kedua lelaki itu kemudian menyantap dengan lahap makanan yang baru saja dibeli.

Beberapa tahun kemudian Nabi Isa AS bersama kaumnya melewati tempat itu. Mereka melihat tiga bongkahan emas dan tiga kerangka manusia. “Lihatlah bagaimana dunia memperlakukan mereka,” kata Nabi Isa AS kepada kaumnya. Beliau kemudian berdiri di depan emas dan berkata, “Jadilah seperti asalmu.” Emas itu pun kembali menjadi batu. (I:560)

Habib Muhammad bin Hadi bin Hasan bin Abdurrahman Asseqaf, Tuhfatul Asyraf, Kisah dan Hikmah, Putera Riyadi. (zawiya)

Date Conversion
Gregorian to Hijri Hijri to Gregorian
Day: Month: Year
Search Islamic Directory
Keyword:
Prayer Times For 6 Million Cities Worldwide
Country: